Tinggal di gubuk reyot, kakek Juan pilih sumbang musala dan pergi haji
Media Bangsa - Juan (75), calon haji (Calhaj) kelompok terbang (Kloter) 28 asal Probolinggo, Jawa Timur dikenal senang bersedekah. Meski hanya tinggal di gubuk reot dengan penghasilan ala kadarnya sebagai buruh tani.
Bahkan, usai menutup biaya Ongkos Naik Haji (ONH), Juan lebih tertarik menggunakan uangnya untuk merenovasi musolah ketimbang memperbaiki rumahnya.
Menurut teman sekamar Juan di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) di Sukolilo, rumah bapak delapan anak itu terbuat dari anyaman bambu berlantai tanah. "Rumahnya layak mendapat program bedah rumah dari pemerintah," kata rekan sekamar Juan, Kamis (26/7).
Sehari-hari, kakek 75 tahun ini bekerja sebagai buruh tani mengalirkan air ke sawah penduduk, serta bekerja serabutan.
Sebelum memutuskan berangkat ke Tanah Suci, Juan sempat memelihara seekor sapi. Tapi kini sudah dijualnya untuk melengkapi biaya ONH. "Sekarang harta satu-satunya hanya sepeda ontel (sepeda angin)," lanjut teman sekamar Juan.
Sementara Juan sendiri mengaku, dari hasil bekerja mengairi sawah penduduk itu, dia mendapat upah Rp 30 ribu tiap kali panen. "Itu kalau sawah pas panen tiga bulan setengah, saya dikasih Rp 30 ribu," ungkap Juan.
Kalau ditotal upah keseluruhan dari tiap sawah penduduk yang dialirinya air, Juang mendapat upah Rp 2,5 juta tiap kali panen. "Kalau panen gagal, ya saya tidak dikasih," ucap Juan yang tinggal berdua dengan istrinya.
Terkait niatnya berhaji padahal penghasilannya itu pas-pasan, buruh tani asal Darungan, Opo-Opo Krejengan, Probolinggo ini mengaku, memang tak pernah bermimpi berangkat haji. "Karena saya tak punya uang untuk bayar ongkos haji," katanya.
Namun, karena keponakannya mengajak daftar haji dan akan dibantu saudara-saudaranya yang lain untuk urunan, Juan-pun tertarik.
Kemudian berbekal Rp 3 juta, uang tabungannya di salah satu bank di Probolinggo, Juang menemui H Saiful, pemilik salah satu Kelompok Belajar Ibadah Haji (KBIH). "Saya menitipkan uang saya ke Haji Saiful untuk mendaftar haji," ceritanya lagi.
Sementara untuk melunasi dana talangan haji, Juan mengumpulkan uang dari kerja serabutanya. Dia sering diminta orang membantu memotong kayu, membersihkan kebun, dan sebagainya. "Yang penting halal, saya ndak malu bekerja apapun," tegasnya.
Selain itu, dia juga bekerja menanam tembakau di tanah orang dengan hasil patungan. "Dari hasil itu (tanam tembakau), kalau terkumpul sedikit uang saya setor ke Haji Saipul. Untuk menutup kekurangannya, saya jual sapi. Sisanya saya pakai memperbaiki musola," tandasnya.
Juang juga mengaku kalau berangkat hanji sendirian tanpa istrinya. Karena memang biaya hajinya hanya untuk satu orang. Juang sendiri akan diberangkatkan ke Tanah Suci Mekkah dari Bandara International Juanda Surabaya di Sidoarjo, sore ini bersama rombongan kloter 28 yang lain. sumber: merdeka
Post a Comment